Dalam upaya efisiensi berbahasa dan komunikasi yang cepat, Bahasa Indonesia kaya akan bentuk-bentuk pemendekan, terutama dalam wujud singkatan dan akronim. Keduanya merupakan hasil dari proses morfologis yang bertujuan memadatkan unit-unit leksikal panjang menjadi bentuk yang lebih ringkas. Meskipun sama-sama berfungsi memangkas kata atau frasa, singkatan dan akronim memiliki perbedaan mendasar dalam proses pembentukan, cara pembacaan, dan kaidah penulisannya. Kesalahan dalam memahami dan menggunakan kedua bentuk ini, terutama dalam konteks formal seperti penulisan karya ilmiah atau dokumen resmi, dapat mengurangi kredibilitas dan kejelasan informasi. Memahami seluk-beluk singkatan dan akronim, mulai dari definisi, jenis-jenis, hingga contoh penggunaannya, adalah langkah penting dalam menguasai kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan pedoman yang diatur dalam ejaan resmi.
Definisi dan Konsep Dasar
Untuk membedakan singkatan dan akronim secara tepat, kita perlu merujuk pada definisi resmi yang ditetapkan oleh otoritas bahasa. Kedua istilah ini merujuk pada hasil pemendekan, namun proses dan hasilnya tidaklah sama.
Pengertian Singkatan
Singkatan (abbreviation) adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan dibaca huruf demi huruf (dieja) dan umumnya tidak membentuk kata baru yang dapat dilafalkan secara wajar. Dalam bukunya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2016), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mendefinisikan singkatan sebagai hasil pemendekan yang cara membacanya harus dieja satu per satu huruf pembentuknya.
Sebagai contoh, ketika kita melihat singkatan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), kita membacanya sebagai /de/-/pe/-/er/, bukan sebagai satu kata tunggal. Demikian pula KTP (Kartu Tanda Penduduk) dibaca /ka/-/te/-/pe/. Singkatan seringkali ditandai dengan penggunaan huruf kapital semua, dan dalam beberapa jenis, diikuti oleh tanda titik. Singkatan mempertahankan identitas huruf asalnya, menjadikannya penanda visual yang kuat terhadap frasa panjang yang diwakilinya.
Pengertian Akronim
Berbeda dengan singkatan, akronim (acronym) adalah hasil pemendekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilafalkan sebagai kata yang wajar. Akronim memiliki fungsi ganda: sebagai pemendek dan sebagai unit leksikal baru yang dapat berdiri sendiri.
Ketika kita melihat akronim Pemilu (Pemilihan Umum), kita membacanya sebagai satu kata utuh, /pé.mi.lu/, bukan /pe/-/e/-/em/-/i/-/el/-/u/. Contoh lain adalah SIM (Surat Izin Mengemudi) yang dibaca /sim/. Menurut Hasan Alwi dkk. dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2010), akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Proses pembentukan akronim lebih kreatif dan berorientasi pada kemudahan pengucapan. Karena dapat dilafalkan sebagai kata, akronim memiliki potensi untuk menjadi kata yang digunakan secara luas dalam leksikon bahasa.
Perbedaan Kunci dalam Pembentukan dan Pelafalan
Perbedaan mendasar antara singkatan dan akronim terletak pada cara membacanya dan proses pembentukannya. Ini adalah poin krusial yang menentukan klasifikasi linguistiknya.
1. Perbedaan Cara Pelafalan (Aspek Fonologis)
Perbedaan paling signifikan adalah pada aspek fonologis atau cara pelafalan:
- Singkatan: Dilafalkan secara alfabetis (dieja). Setiap huruf berdiri sendiri dalam pengucapan, misalnya: PBB dibaca pe-be-be.
- Akronim: Dilafalkan secara silabik (sebagai suku kata). Gabungan hurufnya menciptakan urutan fonem yang membentuk satu kata utuh, misalnya: Mabes (Markas Besar) dibaca ma-bes.
Singkatan mempertahankan batas antara huruf-huruf asalnya, sementara akronim mengeliminasi batas tersebut, menciptakan kata baru yang terstruktur sesuai kaidah fonotaktik Bahasa Indonesia. Keutuhan fonologis inilah yang membuat akronim lebih efisien dalam komunikasi lisan.
2. Perbedaan Proses Pembentukan (Aspek Morfologis)
Perbedaan dalam proses pembentukan juga menghasilkan variasi jenis yang signifikan:
Singkatan
Singkatan umumnya dibentuk dengan mengambil huruf pertama dari setiap kata (inisialisme) atau memotong beberapa huruf dari kata tunggal. Singkatan memiliki berbagai jenis, seperti:
- Singkatan Nama Diri: Terdiri dari huruf awal yang semuanya dikapitalkan dan dibaca huruf demi huruf, misalnya RI (Republik Indonesia), PT (Perseroan Terbatas).
- Singkatan Umum: Menggunakan huruf awal, namun tidak dibaca sebagai nama diri, seringkali menggunakan tanda titik, misalnya a.n. (atas nama), dll. (dan lain-lain), s.d. (sampai dengan).
- Lambang Kimia/Satuan Ukur: Tidak menggunakan tanda titik dan dibaca sesuai nama satuannya, misalnya kg (kilogram), km (kilometer), Na (Natrium).
Akronim
Akronim dibentuk dengan proses yang lebih variatif untuk memastikan keterbacaannya sebagai kata:
- Akronim dari Gabungan Suku Kata: Mengambil satu atau dua suku kata dari setiap kata, misalnya Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Jabar (Jawa Barat).
- Akronim Gabungan Huruf dan Suku Kata: Mengombinasikan huruf awal dengan suku kata lain, misalnya Munas (Musyawarah Nasional).
Proses pembentukan akronim menunjukkan adanya penyambungan morfem secara suprasegmental (di atas segmen huruf), menghasilkan unit bunyi yang kohesif.
Kaidah Penulisan dan Jenis-Jenis Singkatan
PUEBI mengatur kaidah penulisan singkatan secara detail, terutama terkait penggunaan huruf kapital dan tanda titik, yang harus ditaati dalam penulisan formal.
Jenis-Jenis Singkatan Berdasarkan Kaidah Penulisan
- Singkatan Nama Orang, Gelar, Sapaan, Jabatan, atau Pangkat: Ditulis dengan huruf kapital diakhiri tanda titik.
- Contoh: A.S. Hanafi; S.S. (Sarjana Sastra); Kol. (Kolonel).
- Singkatan Nama Lembaga Pemerintah dan Ketatanegaraan, Badan, Organisasi, serta Nama Dokumen Resmi: Ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
- Contoh: DPR, PBB, WHO, KTP, SK.
- Singkatan Umum yang Terdiri Atas Tiga Huruf atau Lebih: Ditulis dengan huruf kecil dan diakhiri tanda titik.
- Contoh: dll. (dan lain-lain); dsb. (dan sebagainya); dst. (dan seterusnya); hlm. (halaman).
- Singkatan Lambang Kimia, Satuan Ukuran, Takaran, Timbangan, dan Mata Uang: Ditulis tanpa titik.
- Contoh: Rp (Rupiah); TNT (trinitrotoluena); cm (sentimeter).
Kaidah tanda titik dalam singkatan sangat penting. Tanda titik berfungsi sebagai penanda bahwa kata telah dipotong, namun dihilangkan pada nama diri atau organisasi besar untuk efisiensi dan pengakuan visual yang lebih cepat.
Kaidah Penulisan dan Jenis-Jenis Akronim
Kaidah penulisan akronim, karena dibaca sebagai kata, lebih berorientasi pada kaidah penulisan kata biasa. Aturan utamanya terletak pada jenis entitas yang diakronimkan.
Jenis-Jenis Akronim Berdasarkan Kaidah Penulisan
- Akronim Nama Diri Berupa Gabungan Huruf Awal: Ditulis dengan huruf kapital semua. Jenis ini merupakan pengecualian di mana akronim (dibaca sebagai kata) ditulis kapital semua karena merujuk pada entitas resmi dan spesifik.
- Contoh: LAN (Lembaga Administrasi Negara); ASASI (Asosiasi Sarjana Ilmu Sosial Indonesia).
- Akronim Nama Diri Berupa Gabungan Suku Kata atau Gabungan Huruf dan Suku Kata: Ditulis dengan huruf awal kapital.
- Contoh: Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional); Bulog (Badan Urusan Logistik); Kaltim (Kalimantan Timur).
- Akronim Bukan Nama Diri (Umum): Ditulis dengan huruf kecil semua karena telah dianggap sebagai kata umum.
- Contoh: iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi); pemilu (pemilihan umum); tilang (bukti pelanggaran).
Proses pembentukan akronim yang menggunakan suku kata (Bulog, Jabar) cenderung lebih mudah diingat dan diucapkan dibandingkan akronim yang hanya menggunakan huruf awal dan ditulis kapital semua (LAN, ASASI). Kemudahan ini mencerminkan fungsi akronim sebagai alat bantu memori dan komunikasi lisan yang efektif.
60 Contoh Singkatan dan Akronim dalam Bahasa Indonesia
Untuk memperjelas perbedaan dalam aplikasi praktis, berikut adalah daftar 60 contoh yang terbagi rata antara singkatan (dibaca dieja) dan akronim (dibaca sebagai kata) yang umum digunakan.
30 Contoh Singkatan (Dieja)
Singkatan-singkatan ini harus dibaca huruf demi huruf.
Singkatan | Kepanjangan | Pelafalan | Jenis Singkatan |
1. DPR | Dewan Perwakilan Rakyat | /de-pe-er/ | Nama Diri (Lembaga) |
2. KTP | Kartu Tanda Penduduk | /ka-te-pe/ | Nama Diri (Dokumen) |
3. PBB | Perserikatan Bangsa-Bangsa | /pe-be-be/ | Nama Diri (Organisasi) |
4. a.n. | atas nama | /a-en/ | Umum (Gelar/Sapaan) |
5. s.d. | sampai dengan | /es-de/ | Umum |
6. dll. | dan lain-lain | /de-el-el/ | Umum |
7. S.H. | Sarjana Hukum | /es-ha/ | Gelar |
8. NIP | Nomor Induk Pegawai | /en-i-pe/ | Nama Diri (Identitas) |
9. SMA | Sekolah Menengah Atas | /es-em-a/ | Nama Diri (Lembaga) |
10. DIY | Daerah Istimewa Yogyakarta | /de-i-ye/ | Nama Diri (Geografis) |
11. TV | Televisi | /te-fe/ | Umum |
12. SMS | Short Message Service | /es-em-es/ | Umum (Teknologi) |
13. Yth. | Yang Terhormat | /ye-te-ha/ | Umum (Sapaan) |
14. dst. | dan seterusnya | /de-es-te/ | Umum |
15. kg | kilogram | /ka-ge/ | Satuan Ukur |
16. cm | sentimeter | /ce-em/ | Satuan Ukur |
17. No. | Nomor | /en-o/ | Umum |
18. UB | Universitas Brawijaya | /u-be/ | Nama Diri (Lembaga) |
19. Bpk. | Bapak | /be-pe-ka/ | Umum (Sapaan) |
20. dll. | dan lain-lain | /de-el-el/ | Umum |
21. Rp | Rupiah | /er-pe/ | Mata Uang |
22. PTA | Perguruan Tinggi Agama | /pe-te-a/ | Nama Diri (Lembaga) |
23. PDAM | Perusahaan Daerah Air Minum | /pe-de-a-em/ | Nama Diri (Lembaga) |
24. HP | Handphone | /ha-pe/ | Umum (Teknologi) |
25. TNI | Tentara Nasional Indonesia | /te-en-i/ | Nama Diri (Organisasi) |
26. POLRI | Kepolisian RI | /pe-o-el-er-i/ | Nama Diri (Organisasi) |
27. a.l. | antara lain | /a-el/ | Umum |
28. dlm. | dalam | /de-el-em/ | Umum |
29. Ny | Nyonya | /en-ye/ | Umum (Sapaan) |
30. AD | Angkatan Darat | /a-de/ | Nama Diri (Organisasi) |
30 Contoh Akronim (Dibaca sebagai Kata)
Akronim-akronim ini membentuk kata baru dan dilafalkan sebagai suku kata.
Akronim | Kepanjangan | Pelafalan | Jenis Akronim |
1. Pemilu | Pemilihan Umum | /pé.mi.lu/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
2. SIM | Surat Izin Mengemudi | /sim/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
3. Bappenas | Badan Perencanaan Pembangunan Nasional | /bap.pe.nas/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
4. iptek | ilmu pengetahuan dan teknologi | /ip.ték/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
5. Posyandu | Pos Pelayanan Terpadu | /po.syan.du/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
6. Depag | Departemen Agama | /de.pag/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
7. Mabes | Markas Besar | /ma.bès/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
8. rudal | peluru kendali | /ru.dal/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
9. tilang | bukti pelanggaran | /ti.lang/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
10. Jabar | Jawa Barat | /ja.bar/ | Nama Diri (Geografis) |
11. Rakor | Rapat Koordinasi | /ra.kor/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
12. Bina | Bimbingan dan Pembinaan | /bi.na/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
13. rapim | rapat pimpinan | /ra.pim/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
14. Gudeg | Gudeg | /gu.dég/ | Umum (Kuliner) |
15. Humas | Hubungan Masyarakat | /hu.mas/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
16. Puskesmas | Pusat Kesehatan Masyarakat | /pus.kès.mas/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
17. Camat | Kepala Kecamatan | /ca.mat/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
18. Bandara | Bandar Udara | /ban.da.ra/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
19. Swasembada | Berdiri di atas kaki sendiri | /swa.sem.ba.da/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
20. Menkeu | Menteri Keuangan | /mèn.ke-u/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
21. Kaltara | Kalimantan Utara | /kal.ta.ra/ | Nama Diri (Geografis) |
22. Menko | Menteri Koordinator | /mèn.ko/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
23. Munas | Musyawarah Nasional | /mu.nas/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
24. AKABRI | Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia | /a.ka.bri/ | Nama Diri (Kapital Semua) |
25. radar | radio detecting and ranging | /ra.dar/ | Bukan Nama Diri (Umum) |
26. UNAIR | Universitas Airlangga | /u.na.ir/ | Nama Diri (Kapital Semua) |
27. Sekda | Sekretaris Daerah | /sèk.da/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
28. Diknas | Pendidikan Nasional | /dik.nas/ | Nama Diri (Huruf awal kapital) |
29. OPEC | Organization of the Petroleum Exporting Countries | /o.pèk/ | Nama Diri (Kapital Semua) |
30. SISHANKAMRA | Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta | /si.shan.kam.ra/ | Nama Diri (Kapital Semua) |
Penutup
Singkatan dan akronim adalah manifestasi dari prinsip ekonomi berbahasa, yaitu upaya untuk menyampaikan informasi sebanyak mungkin dengan upaya linguistik sekecil mungkin. Perbedaan fundamental, yakni cara pelafalan—dieja pada singkatan dan dibaca sebagai kata pada akronim—menjadi kunci utama dalam klasifikasi dan penerapan kaidah ejaannya. Kaidah yang berlaku di Bahasa Indonesia, yang didukung oleh pedoman seperti PUEBI, memastikan bahwa efisiensi ini tidak mengorbankan ketertiban dan kejelasan. Dengan memahami secara cermat perbedaan dalam proses pembentukan, aturan kapitalisasi, dan penggunaan tanda baca, penutur dan penulis dapat menggunakan kedua alat linguistik ini secara efektif, memperkaya ekspresi tanpa menimbulkan ambiguitas. Penggunaan yang tepat adalah cerminan penguasaan kaidah bahasa yang baik dan benar.