Dalam kajian struktur kalimat Bahasa Indonesia, setiap kelas kata memegang peranan sintaksis yang unik, dan di antara semuanya, adjektiva atau kata sifat memiliki fleksibilitas fungsi yang luar biasa, melampaui sekadar pelengkap deskriptif. Peran adjektiva merupakan penentu kualitas semantik suatu entitas (nomina) sekaligus pembangun relasi struktural yang fundamental dalam klausa. Adjektiva tidak hanya memberi tahu kita bagaimana suatu benda atau orang itu (misalnya, tinggi, cantik, murah), tetapi juga menentukan bagaimana frasa atau klausa tersebut berinteraksi dengan unsur-unsur lain dalam kalimat. Analisis peran adjektiva dalam kalimat Bahasa Indonesia—terutama dalam konteks fungsi atributif, predikatif, dan fungsinya dalam frasa adjektiva—mengungkapkan kedalaman kaidah tata bahasa yang terperinci. Memahami peran-peran ini, yang didukung oleh literatur baku seperti Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI), adalah kunci untuk menguasai presisi dan keindahan berbahasa.
Peran Adjektiva dalam Pembentukan Frasa Nominal
Peran sintaksis paling umum dari adjektiva adalah sebagai pengisi fungsi atributif (pewatas) dalam frasa nominal. Namun, analisis mendalam terhadap fungsi ini mengungkapkan lebih dari sekadar penempatan di belakang nomina.
Fleksibilitas Posisi dan Implikasi Makna
Dalam kaidah baku, adjektiva diletakkan setelah nomina yang diterangkan, mengikuti pola Diterangkan-Menerangkan (D-M). Frasa mobil baru menunjukkan adjektiva baru mewatasi nomina mobil. Penempatan ini bukan hanya soal urutan, tetapi tentang konvensi bahasa yang menghasilkan makna eksplisit. Apabila penempatannya dibalik, seperti dalam baru mobil, konstruksi tersebut menjadi tidak gramatikal dalam frasa nomina tunggal, kecuali jika baru berfungsi sebagai adverbia waktu (Baru mobil itu datang).
Namun, ada pengecualian yang menarik yang disorot oleh linguis seperti C.A. Mees (1954) dan dikodifikasi dalam TBBI. Adjektiva dapat muncul di depan nomina (pola M-D) jika:
- Membentuk Kompositum: Adjektiva dan nomina telah menyatu secara leksikal menjadi satu kesatuan makna yang baru. Contohnya, harga mati atau pejabat tinggi. Dalam kasus pejabat tinggi, tinggi tidak hanya mendeskripsikan postur, tetapi sudah menjadi bagian dari kategori jabatan.
- Penekanan Makna: Pada konstruksi tertentu, penempatan adjektiva di depan dapat berfungsi sebagai penekanan emosional atau retoris, meskipun ini lebih sering ditemukan dalam ragam lisan atau sastra.
Peran Yang dalam Relasi Atributif
Kata yang memainkan peran krusial dalam relasi atributif, sering berfungsi sebagai penanda pemadatan dari klausa relatif. Ramlan (2001) dalam Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis menjelaskan bahwa yang di sini bertindak sebagai pronomina relatif. Ketika kita mengatakan rumah yang besar, secara implisit kita memadatkan klausa rumah (itu) yang besar (adalah) rumah. Penggunaan yang memungkinkan adjektiva menjadi bagian dari struktur yang lebih kompleks.
- Tanpa yang: Meja bundar (Frasa Nomina sederhana).
- Dengan yang: Meja yang bundar (Frasa Nomina yang berasal dari pemadatan klausa).
Analisis menunjukkan bahwa hadirnya yang memberikan kejelasan struktural, khususnya ketika nomina tersebut diikuti oleh beberapa pewatas atau ketika pewatasnya adalah frasa adjektiva yang kompleks.
Peran Adjektiva dalam Struktur Klausa: Inti Predikat Nominal
Peran adjektiva sebagai pengisi fungsi predikat dalam klausa nominal adalah bukti sintaksis terkuat bahwa adjektiva memiliki kemandirian fungsional yang setara dengan verba.
Adjektiva sebagai Inti Predikat Intransitif
Dalam klausa Bahasa Indonesia, adjektiva sering berfungsi sebagai inti predikat untuk klausa intransitif yang menggambarkan keadaan subjek, tanpa memerlukan verba aktif atau pasif. Contoh: Langit gelap. Hatinya resah.
Dalam konstruksi ini, adjektiva menggantikan verba. Kekuatan adjektiva di sini terletak pada sifatnya yang statif dan kemampuannya untuk berkolokasi langsung dengan subjek untuk menyampaikan keadaan. Verhaar (2010), dalam Asas-Asas Linguistik Umum, menggarisbawahi bahwa adjektiva statif dapat berperan sebagai predikat karena secara inheren telah mengandung makna “keadaan” atau “sifat”.
Pertarafan dan Pembentukan Frasa Adjektiva Predikatif
Ketika adjektiva berperan sebagai predikat, ia sering diperluas menjadi Frasa Adjektiva (FA) dengan penambahan pewatas tingkat (sangat, terlalu, lebih, paling). Pewatas ini selalu diletakkan di sebelah kiri adjektiva inti dalam FA.
- Contoh: Makanan itu sangat lezat. (FA sebagai Predikat)
Analisis pertarafan adjektiva menunjukkan bahwa predikat yang dibentuk oleh FA tidak hanya menyampaikan keadaan, tetapi juga intensitasnya. Perbedaan antara makanan itu lezat dan makanan itu sangat lezat adalah perbedaan yang bersifat semantik-sintaksis; sangat berfungsi memodifikasi intensitas sifat lezat, namun keduanya tetap berfungsi sebagai inti predikat.
Peran Pelengkap Berbentuk Adjektiva
Adjektiva juga dapat mengisi fungsi pelengkap dalam kalimat, biasanya setelah verba transitif tertentu (verba yang memerlukan pelengkap yang menerangkan objek atau subjek).
- Contoh: Berita itu membuat kami gembira. (Gembira adalah adjektiva yang berfungsi sebagai pelengkap yang menerangkan objek kami).
- Contoh: Ibu membeli mawar merah. (Merah adalah adjektiva yang berfungsi sebagai pelengkap yang menerangkan objek mawar).
Dalam konteks ini, adjektiva membantu menyelesaikan predikasi verba, menunjukkan keadaan atau kualifikasi yang dihasilkan dari aksi verba tersebut terhadap objek.
Peran Adjektiva dalam Transposisi Fungsional: Adverbialisasi dan Substantivasi
Fleksibilitas adjektiva juga terlihat dari kemampuannya untuk mentransposisi fungsinya menjadi kelas kata lain, yang sangat relevan dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Adjektiva sebagai Adverbia (Adverbialisasi)
Meskipun adverbia (kata keterangan) merupakan kelas kata tersendiri, adjektiva dapat dialihfungsikan menjadi adverbia cara. Transposisi ini tidak terjadi secara bebas, tetapi melalui proses morfologis atau penyertaan preposisi.
Pola umum yang menunjukkan peran adverbial adjektiva adalah:
- Reduplikasi + Afiksasi: se- + Adjektiva Ulang + -nya. Contoh: Dia berjuang sekuat-kuatnya. (Menerangkan cara verba berjuang).
- Frasa Preposisional: dengan + Adjektiva. Contoh: Ia berbicara dengan lantang. (Menerangkan cara verba berbicara).
Peran ini, yang diuraikan oleh Moeliono dkk. (2017) dalam TBBI Edisi Keempat, menunjukkan bagaimana adjektiva dapat memodifikasi verba, menambah detail tentang bagaimana aksi itu dilakukan, sehingga memperkaya kualitas deskriptif kalimat aktif.
Adjektiva sebagai Nomina (Substantivasi)
Adjektiva juga dapat mengalami substantivasi, atau menjadi nomina, biasanya dengan didahului oleh pronomina penunjuk yang.
- Contoh: Pemerintah harus memperhatikan yang miskin dan yang terpinggirkan.
Dalam kalimat ini, miskin dan terpinggirkan yang semula adalah adjektiva, kini berfungsi sebagai nomina, mewakili kelompok orang. Verhaar mencatat bahwa substantivasi ini umum terjadi, di mana adjektiva bertindak sebagai inti frasa nominal, menunjukkan entitas yang memiliki sifat tersebut.
Peran Praktis Adjektiva dalam Pembentukan Ragam Kalimat
Penguasaan peran adjektiva memungkinkan penutur untuk membentuk ragam kalimat yang beragam, mulai dari kalimat deskriptif sederhana hingga konstruksi kompleks yang persuasif.
1. Kalimat Deskriptif Murni
Dalam kalimat deskriptif, adjektiva menjadi tulang punggung yang menyediakan semua informasi sensori.
- Contoh: Bunga mawar merah itu tampak segar di vas kristal bening. (Gabungan adjektiva merah, segar, kristal, bening berfungsi atributif, menciptakan gambaran visual yang utuh).
2. Kalimat Perbandingan (Komparatif dan Superlatif)
Adjektiva memungkinkan pembentukan kalimat yang menunjukkan relasi perbandingan.
- Contoh Komparatif: Motor ini lebih mahal daripada motor tahun lalu. (Adjektiva mahal dengan pewatas lebih dan pembanding daripada membentuk klausa perbandingan yang baku).
- Contoh Superlatif: Gedung ini adalah yang tertinggi di Asia Tenggara. (Prefiks ter- pada tinggi membentuk predikat yang menunjukkan kualitas maksimal).
3. Kalimat Negasi yang Presisi
Negasi pada adjektiva (tidak + Adjektiva) memberikan kejelasan yang lebih presisi daripada negasi pada verba.
- Contoh: Masalah ini tidak sulit, hanya perlu analisis yang tepat. (Negasi tidak sulit lebih efektif daripada bukan kesulitan).
Penutup
Peran adjektiva dalam struktur kalimat Bahasa Indonesia adalah multifungsi dan fundamental. Ia tidak hanya mendeskripsikan nomina, tetapi juga menjadi inti predikat, pelengkap, dan mampu bertransposisi menjadi adverbia atau nomina. Analisis sintaksis menunjukkan bahwa penempatan adjektiva—baik dalam pola D-M atributif, maupun sebagai inti predikat yang dimodifikasi oleh pertarafan—mematuhi kaidah baku yang ketat. Dengan memahami dan menerapkan peran-peran ini secara tepat, penutur dapat mencapai tingkat presisi dan kedalaman ekspresi yang mencerminkan penguasaan tata bahasa Indonesia yang sesungguhnya, menjadikan setiap kalimat yang terucap atau tertulis memiliki dampak deskriptif yang maksimal dan gramatikal.