Mengapa Pilihan Kata Menentukan Nasib Penjualan Bukumu?

Dalam Artikel Ini

Sebagai penulis, perjuanganmu tidak hanya terletak pada proses pembuatan naskah. Setelah naskah beres, kamu juga menghadapi tantangan baru: pemasaran! Di era digital ini, copywriting (teknik penulisan iklan atau promosi) adalah jembatan yang menghubungkan karyamu dengan dompet pembaca. Sayangnya, banyak penulis, terutama yang baru pertama kali, membuat kesalahan fatal dalam memilih kata-kata promosi. Mereka beranggapan bahwa kata-kata yang bagus saat menulis novel otomatis akan efektif saat menjualnya. Itu keliru.

Copywriting pemasaran buku menuntut ketepatan, urgensi, dan pemahaman psikologis pembaca. Sebuah blurb, caption di media sosial, atau headline iklan yang kuat mampu membuat pembaca berhenti menggulir layar dan beralih fokus ke bukumu. Sebaliknya, pilihan kata yang ambigu, lemah, atau bahkan salah kaprah dalam bahasa Indonesia justru akan menimbulkan keraguan dan membuat naskahmu gagal di pasar. Mari kita analisis beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam penulisan promosi buku.

Kesalahan dalam Daya Tarik dan Kekuatan Kata Kerja

Kesalahan pertama sering terletak pada penggunaan kata kerja dan kata sifat yang lemah atau terlalu umum. Dalam copywriting, setiap kata harus memiliki daya dorong (selling power) yang kuat. Contohnya, jika kamu menggunakan frasa seperti “novel yang menarik untuk dibaca” atau “kisah yang bagus,” frasa tersebut tidak cukup kuat.  Sebab ribuan buku lain juga  melabeli diri dengan sebutan “menarik” dan “bagus.” Kata-kata ini tidak memberikan alasan unik bagi pembaca untuk memilih bukumu.

Banyak penulis juga terlalu fokus mendeskripsikan buku itu sendiri alih-alih menjelaskan manfaat yang akan didapatkan pembaca. Untuk buku non-fiksi, jangan katakan “Buku ini berisi 10 bab tentang strategi keuangan.” Penjelasan ini sangat deskriptif. Lebih baik katakan, “Dapatkan 10 strategi teruji yang akan melipatgandakan asetmu dalam satu tahun.” Di sini, kata kerja yang kuat seperti “melipatgandakan” memberikan harapan dan solusi konkret. Demikian pula untuk fiksi; hindari kata sifat seperti “sedih” atau “seru”. Ganti dengan kata sifat yang lebih intens dan spesifik seperti “menusuk jiwa”, “mengguncang batin”, atau “membuatmu terjaga semalaman.”

Ambiguitas dan Kesalahan Konteks  

Kesalahan fatal berikutnya adalah penggunaan kata-kata yang ambigu atau tidak relevan secara kontekstual dalam konteks pemasaran buku di Indonesia. Salah satu jebakan terbesar adalah penggunaan jargon industri yang tidak dipahami oleh pembaca umum. Misalnya, menggunakan istilah teknis publishing seperti ARC (Advanced Reader Copy) atau metadata tanpa penjelasan yang jelas hanya akan membingungkan.

Selain itu, perhatikan penggunaan kata-kata yang maknanya terlalu akademis atau kaku. Jika kamu menulis untuk pasar umum, gunakan bahasa yang mudah dicerna dan akrab di telinga. Misalnya, daripada menggunakan “eksplorasi naratif mendalam,” lebih baik gunakan “menyelami kisah yang penuh kejutan.” Untuk pemasaran, emosi mengalahkan logika. Kata-kata yang memicu rasa ingin tahu, takut, atau bahagia selalu lebih efektif daripada kata-kata yang hanya bersifat informatif. Pastikan setiap klaim yang kamu buat langsung menyentuh pain point (masalah) atau desire (keinginan) pembaca.

Menganalisis Call-to-Action (CTA) yang Lemah

Kesalahan terakhir yang sering membuat penjualan buku terhenti adalah kegagalan dalam memberikan perintah bertindak (Call-to-Action) yang kuat dan mendesak. Setelah pembaca terpengaruh oleh blurb yang hebat, mereka membutuhkan instruksi yang jelas tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Banyak penulis hanya menggunakan CTA yang lemah, seperti “Ayo, baca bukunya” atau “Buku ini tersedia sekarang.” Frasa ini tidak menciptakan urgensi bagi pembaca. Dalam copywriting, CTA harus spesifik, berorientasi pada tindakan, dan idealnya mengandung elemen keterbatasan atau urgensi.

Solusinya, kamu bisa menggunakan kata kerja perintah yang kuat seperti “Pesan Sekarang,” “Amankan Pre-Order Edisi Terbatasmu,” atau “Klik Tautan di Bio Sebelum Kehabisan.” Jika kamu memiliki penawaran terbatas (diskon, bundling, atau bonus), selalu kaitkan CTA dengan batas waktu tersebut. Ingat, copywriting yang baik tidak hanya meyakinkan, tetapi juga memandu pembaca langsung menuju tombol beli. Ketepatan dalam memilih kata-kata pada CTA adalah garis akhir yang menentukan konversi penjualan.