Waktu adalah aset paling berharga yang diberikan Allah Swt. kepada manusia. Ia adalah modal tunggal yang tidak dapat dipinjam, ditabung, atau diulang. Kehilangan harta bisa dicari kembali, namun waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali. Islam memberikan penekanan luar biasa terhadap pengelolaan waktu, bahkan menempatkannya sebagai sumpah agung dalam Al-Qur’an. Artikel ini akan menyajikan secara mendalam sebuah contoh kultum singkat yang mengajak kita untuk merenungkan urgensi waktu, bagaimana Islam mengajarkan kita untuk memanfaatkannya, dan bahaya kerugian akibat menyia-nyiakan setiap detik kehidupan.
Pentingnya Menghargai Waktu
Setiap mukmin harus memahami bahwa waktu bukan sekadar fase yang kita lewati, melainkan amanah besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Allah Swt. bahkan bersumpah demi waktu, menunjukkan betapa tingginya nilai sebuah masa.
Pondasi utama dalam memahami pentingnya waktu terletak pada Surah Al-‘Ashr, surah terpendek dalam Al-Qur’an namun mengandung makna yang padat dan mendalam.
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣
- “Demi masa (waktu).” (QS. Al-‘Ashr: 1)
- “Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.” (QS. Al-‘Ashr: 2)
- “Kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Ashr: 3)
Sumpah Allah demi waktu ini seharusnya mengguncang kesadaran kita. Mengapa Allah bersumpah demi masa? Karena masa adalah wadah bagi seluruh amal perbuatan kita. Kerugian (khusr) yang dimaksud di sini bukanlah sekadar kerugian materi, melainkan kerugian abadi di akhirat, di mana seluruh modal kehidupan (waktu) telah habis tanpa menghasilkan keuntungan spiritual yang berarti.
Surah Al-‘Ashr kemudian memberikan formula tunggal bagi manusia untuk terhindar dari kerugian abadi, yaitu empat pilar utama:
- Iman: Pondasi keyakinan yang benar.
- Amal Saleh: Tindakan nyata yang bermanfaat dan sesuai syariat.
- Saling Menasihati dalam Kebenaran sebagai upaya menjaga kualitas masyarakat melalui dakwah dan amar ma’ruf.
- Saling Menasihati dalam Kesabaran sebagai upaya konsistensi dalam memegang teguh kebenaran dan ketaatan.
Keempat pilar ini harus diisi dan dihidupkan dalam setiap detik waktu yang kita miliki. Waktu yang tidak diisi dengan salah satu dari empat pilar ini, secara otomatis, menempatkan kita dalam golongan yang merugi.
Contoh Kultum Singkat tentang Waktu: Pentingnya Menghargai Setiap Detik Kehidupan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Innal hamda lillah, nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh. Wa na’udzu billahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa. Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.
Hadirin jamaah sekalian, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas nikmat tak terhingga, terutama nikmat iman, kesehatan, dan waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw.
Izinkan saya hari ini menyampaikan kultum singkat dengan tema yang sangat mendasar, namun sering kita lupakan: Waktu. Kita sering menganggap waktu sebagai sesuatu yang tak terbatas, padahal ia adalah modal kehidupan kita yang paling terbatas. Pepatah Arab mengatakan: Al-waqtu kassaif, in lam taqtha’hu qatha’ak. “Waktu itu seperti pedang, jika kamu tidak memotongnya (menggunakannya), maka dia akan memotongmu.”
Artinya, jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik, waktu itu akan menghancurkan kita, membawa kita pada penyesalan abadi.
Hadirin yang Dirahmati Allah,
Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Sebagaimana ucapan ulama besar Hasan Al-Bashri rahimahullah: “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu itu hanyalah (kumpulan) hari-hari. Setiap satu hari berlalu, maka hilang sebagian dari dirimu.”
Jika usia kita adalah 60 tahun, berarti kita memiliki 21.900 hari. Jika 24 jam hari ini berlalu tanpa ada penambahan amal, berarti 1/21.900 bagian dari kehidupan kita telah hilang, sia-sia!
Nabi Muhammad Saw. telah memperingatkan kita tentang kecenderungan manusia untuk lalai terhadap dua nikmat yang sangat besar:
“Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Mengapa tertipu? Karena saat kita sehat, kita menunda ibadah, berpikir masih banyak waktu. Saat kita punya waktu luang, kita habiskan untuk hal yang tidak bermanfaat. Baru ketika sakit, kita menyesal tidak beribadah. Baru ketika sibuk, kita menyesal tidak memanfaatkan waktu luang.
Kita tidak akan bisa melangkahkan kaki di hari kiamat sebelum dimintai pertanggungjawaban atas empat hal, dan salah satunya adalah tentang waktu. Rasulullah SAW. bersabda:
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: (salah satunya) tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya…” (HR. Tirmidzi)
Pertanyaan ini sangat spesifik. Bukan hanya tentang berapa lama usia kita, tetapi bagaimana kita menghabiskannya. Apakah setiap detik kehidupan kita dipenuhi dengan ketaatan, ilmu yang bermanfaat, atau justru sia-sia dalam hiburan yang melalaikan?
Waktu luang (al-faraagh) adalah harta karun. Jangan biarkan ia berlalu begitu saja. Ulama salaf sangat menghargai waktu mereka, bahkan mereka tidak rela satu detik pun berlalu tanpa amal kebaikan.
Mari kita identifikasi “waktu terbuang” kita, misalnya: waktu di perjalanan, waktu menunggu, atau waktu luang setelah Isya’. Ubahlah waktu-waktu ini menjadi ladang pahala: berzikir, membaca Al-Qur’an, mendengarkan ceramah ilmu, atau merenungkan kesalahan diri (muhasabah).
Saudara-saudaraku, ingatlah selalu bahwa detik yang berlalu adalah bagian dari jatah hidup kita yang tidak akan kembali. Mari kita manfaatkan sisa waktu yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita termasuk golongan yang menyesal ketika Malaikat Maut datang, lalu memohon kepada Allah:
“Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Mari kita berazam, mulai hari ini, untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap waktu. Jadikan setiap detik sebagai peluang emas untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Manajemen waktu dalam Islam tidak hanya tentang membuat daftar kegiatan, tetapi tentang menempatkan prioritas berdasarkan nilai pahala di akhirat. Prioritas utama harus selalu pada kewajiban (fardhu), diikuti oleh amalan sunnah, kemudian hal-hal mubah yang mendukung ketaatan (seperti istirahat yang cukup agar bisa shalat malam), dan menjauhi segala hal yang haram dan makruh.
Hadis Nabi Saw. tentang lima perkara sebelum lima perkara adalah panduan manajemen waktu yang paling agung:
Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, waktu luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Hakim)Ini adalah seruan untuk bertindak sekarang, bukan besok. Ini adalah strategi manajemen risiko spiritual. Jangan tunggu sakit untuk beramal, jangan tunggu miskin untuk bersedekah, dan jangan tunggu tua untuk bertaubat.
Konsistensi dalam beramal saleh (walau sedikit) lebih dicintai Allah daripada amal yang banyak namun terputus-putus. Istiqamah adalah kunci memaksimalkan waktu.
Selain itu, mengingat kematian (dzikrul maut) adalah pengingat waktu yang paling efektif. Kematian adalah batas akhir waktu kita. Ketika kita sadar bahwa setiap detik membawa kita lebih dekat ke liang lahat, kita akan terpacu untuk mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat, menghindari kesia-siaan, dan segera bertaubat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penutup
Demikianlah pemaparan mendalam mengenai urgensi waktu, di mana setiap detik adalah modal yang tak ternilai harganya. Kita telah menyajikan kultum singkat yang mengajak kita untuk merenungkan makna Surah Al-‘Ashr dan janji pertanggungjawaban di hari kiamat. Mari kita jadikan peringatan dari Allah dan Rasul-Nya ini sebagai cambuk penyemangat untuk tidak menyia-nyiakan satu detik pun. Hanya dengan menghargai waktu, mengisi masa muda, kesehatan, dan waktu luang dengan amal saleh, kita akan terhindar dari kerugian abadi dan mencapai keberuntungan sejati, insya Allah.