Kesalahan Menyusun Kalimat Efektif dan Cara Memperbaikinya

Dalam Artikel Ini

Menulis kalimat yang jelas, padat, dan mudah bagi pembaca untuk memahaminya merupakan kemampuan mendasar dalam komunikasi tertulis. Dalam praktiknya, banyak orang masih kesulitan membedakan antara kalimat yang benar secara gramatikal dan kalimat yang efektif secara komunikatif. Karena itu, memahami kesalahan kalimat efektif dan cara parafrase yang tepat untuk memperbaikinya menjadi penting, terutama bagi pelajar, mahasiswa, dosen, serta penulis akademik. Artikel ini akan membahas pengertian kalimat efektif, ciri-cirinya, serta berbagai bentuk kesalahan umum dan bagaimana memperbaikinya dengan penerapan cara parafrase yang sesuai.

Pengertian dan Syarat Kalimat Efektif

Menurut Keraf (2001) dalam Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan gagasan penulis secara tepat dan efisien sehingga mudah dipahami pembaca. Artinya, bukan hanya struktur kalimat yang harus benar, tetapi juga kesesuaian makna, kejelasan hubungan antarunsur, dan kesatuan gagasan yang utuh.

Tarigan (2008) menambahkan bahwa kalimat efektif harus memenuhi empat syarat utama, yakni kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, dan kehematan kata. Dalam konteks ini, cara parafrase berperan penting untuk mengubah kalimat yang panjang, bertele-tele, atau ambigu menjadi bentuk yang ringkas dan logis tanpa mengubah maksudnya.

Misalnya, kalimat:

“Mahasiswa yang belum mengumpulkan tugasnya diharapkan untuk segera mengumpulkannya besok pagi.”
Kamu dapat memparafrase menjadi:
“Mahasiswa yang belum mengumpulkan tugas diminta menyerahkannya besok pagi.”

Melalui cara parafrase tersebut, kalimat menjadi lebih hemat, jelas, dan langsung menuju inti informasi.

Ciri dan Tujuan Penggunaan Kalimat Efektif

Ciri utama kalimat efektif terletak pada kejelasan struktur dan makna. Menurut Pateda (2010), kalimat efektif ditandai oleh (1) kesepadanan antara subjek dan predikat, (2) kehematan dalam penggunaan kata, (3) keparalelan bentuk, (4) ketegasan makna, (5) keutuhan gagasan, serta (6) kepaduan antarunsur. Ciri-ciri tersebut saling berkaitan: tanpa kesepadanan, kalimat menjadi janggal; tanpa kehematan, kalimat terasa bertele-tele; tanpa keparalelan, kalimat kehilangan keseimbangan gaya.

Tujuan utama penggunaan kalimat efektif bukan sekadar “benar” secara sintaktis, tetapi juga efisien secara komunikatif. Dalam konteks akademik dan profesional, penulis sering kali perlu menerapkan cara parafrase agar kalimat panjang atau repetitif dapat disusun ulang menjadi bentuk yang lebih padat dan ekspresif. Sebagai contoh, paragraf akademik yang penuh pengulangan dapat diperbaiki dengan mengganti struktur aktif-pasif atau memadatkan klausa menjadi frasa.

Kesalahan Umum dalam Kalimat Efektif

Banyak kesalahan dalam kalimat efektif disebabkan oleh kurangnya kesadaran terhadap fungsi setiap unsur kalimat. Berikut beberapa kesalahan yang sering ditemukan:

1. Ketidaksepadanan Struktur

Kalimat yang tidak memiliki keseimbangan antara subjek dan predikat tidak dapat dikategorikan sebagai kalimat efektif. Contohnya:

“Karena saya terlambat datang ke sekolah.”
Kalimat tersebut belum lengkap karena hanya berisi anak kalimat. Dengan cara parafrase yang benar, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
“Saya mendapat teguran karena terlambat datang ke sekolah.”

2. Ketidakhematan Kata

Kesalahan ini terjadi karena penggunaan kata yang berlebihan atau tidak perlu. Misalnya:

“Naik ke atas” atau “turun ke bawah.”
Kata “ke atas” dan “ke bawah” sudah mengandung makna arah, sehingga kata “naik” dan “turun” menjadi mubazir. Melalui cara parafrase, cukup ditulis “naik” atau “turun” saja.

3. Ketidakparalelan Bentuk

Kalimat yang tidak memiliki kesejajaran bentuk gramatikal antara unsur-unsurnya juga tidak efektif. Misalnya:

“Mahasiswa harus belajar rajin, disiplin, dan memiliki tanggung jawab.”
Struktur kalimat ini tidak sejajar karena dua kata berbentuk adjektiva, sedangkan yang terakhir berbentuk frasa verba. Perbaikannya melalui cara parafrase:
“Mahasiswa harus rajin, disiplin, dan bertanggung jawab.”

4. Ketidakjelasan Makna

Kalimat yang ambigu dapat menimbulkan salah tafsir. Misalnya:

“Saya melihat burung dengan teropong.”
Apakah “dengan teropong” menjelaskan cara melihat atau alat yang digunakan? Untuk memperjelas, cara parafrase dapat digunakan:
“Saya menggunakan teropong untuk melihat burung.”

5. Ketidaktegasan Makna

Kalimat efektif harus menekankan ide utama secara jelas. Misalnya:

“Yang penting dalam kehidupan adalah kejujuran yang harus kita miliki.”
Dengan cara parafrase menjadi:
“Kejujuran adalah hal terpenting dalam kehidupan.”

Kalimat menjadi lebih lugas dan maknanya lebih tegas.

Contoh Kesalahan dan Pembenarannya

Berikut beberapa contoh kesalahan kalimat efektif beserta pembenarannya berdasarkan teori kalimat menurut Ramlan (2005):

  1. Kesalahan: “Para siswa-siswi sedang belajar di kelas.”
    Pembenaran: “Para siswa sedang belajar di kelas.”
    Kata “para” sudah menunjukkan jamak, sehingga “-siswa-siswi” tidak perlu.

  2. Kesalahan: “Ia mengatakan bahwa dia tidak akan datang.”
    Pembenaran: “Ia mengatakan tidak akan datang.”
    Kata “bahwa” dapat dihapus tanpa mengubah makna.

  3. Kesalahan: “Untuk dapat menjadi seorang dosen yang baik, maka kita harus disiplin.”
    Pembenaran: “Untuk menjadi dosen yang baik, kita harus disiplin.”
    Kata “maka” berlebihan karena sudah ada klausa pengantar “untuk dapat”.

  4. Kesalahan: “Masalah itu telah dibicarakan oleh mereka di ruang rapat kemarin sore.”
    Pembenaran: “Mereka membicarakan masalah itu di ruang rapat kemarin sore.”
    Struktur aktif lebih efektif dan langsung.

Penerapan cara parafrase dalam contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa memperbaiki kalimat tidak selalu berarti menambah kata, melainkan menata ulang unsur yang ada agar makna lebih tepat.

Strategi Menerapkan Cara Parafrase dalam Penulisan Kalimat Efektif

Parafrase bukan sekadar mengganti kata dengan sinonim. Menurut Nurgiyantoro (2012), parafrase yang baik mempertahankan makna inti dengan memperbaiki struktur kalimat, fokus informasi, dan gaya penyajian. Ada beberapa strategi utama dalam menerapkan cara parafrase untuk memperbaiki kalimat tidak efektif:

  1. Ubah Struktur Kalimat:
    Ganti kalimat pasif menjadi aktif jika ingin menonjolkan pelaku.
    Contoh: “Buku itu dibaca oleh Sinta.” → “Sinta membaca buku itu.”

  2. Gabungkan Kalimat yang Redundan:
    Dua kalimat yang mengulang informasi dapat dipadatkan menjadi satu kalimat efektif.
    Contoh: “Dia bekerja keras. Dia ingin sukses.” → “Dia bekerja keras karena ingin sukses.”

  3. Gunakan Kata Kunci yang Tepat:
    Pilih kata yang paling ekonomis dan langsung menyampaikan maksud.
    Contoh: “Melakukan analisis terhadap data” → “Menganalisis data.”

  4. Eliminasi Unsur Tidak Penting:
    Singkirkan kata yang tidak memberi nilai tambah makna.
    Contoh: “Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa…” → “Dapat dikatakan bahwa…”

Dengan strategi tersebut, cara parafrase menjadi teknik efektif dalam memperbaiki kalimat agar ringkas, tegas, dan komunikatif.

Kalimat Efektif dalam Penulisan Akademik

Dalam penulisan akademik, seperti skripsi, tesis, atau artikel ilmiah, kalimat efektif sangat menentukan kejelasan argumen. Penggunaan cara parafrase sering dibutuhkan ketika penulis mengutip teori atau hasil penelitian. Menurut Creswell (2018), parafrase adalah kemampuan menyusun ulang ide sumber tanpa mengubah makna, sekaligus menjaga keaslian tulisan.

Sebagai contoh, kutipan langsung:

“Kalimat efektif memerlukan kesepadanan struktur antara subjek dan predikat.”

dapat diparafrase menjadi:

“Struktur kalimat efektif ditandai oleh keseimbangan antara subjek dan predikat.”

Melalui cara parafrase tersebut, penulis tidak hanya menghindari plagiarisme, tetapi juga menyesuaikan gaya kalimat dengan konteks akademiknya sendiri.

Dampak Kesalahan Kalimat Efektif terhadap Pemahaman Pembaca

Kesalahan dalam kalimat efektif dapat mengganggu pemahaman pembaca dan menurunkan kredibilitas tulisan. Dalam konteks pendidikan, guru atau dosen yang menggunakan kalimat tidak efektif dalam bahan ajar berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Oleh karena itu, penguasaan cara parafrase membantu penulis dan pendidik untuk menulis secara lebih komunikatif dan terstruktur.

Kalimat yang ambigu atau redundan juga membuat pesan utama tersamarkan. Misalnya dalam laporan penelitian, kesalahan kecil seperti “hasil data menunjukkan bahwa data hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan” menunjukkan redundansi. Dengan melakukan parafrase redundansi ini dapat hilang.  Misalnya, kalimat menjadi: “Data penelitian menunjukkan adanya peningkatan.”

Langkah-Langkah Praktis untuk Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif

  1. Baca Ulang dan Identifikasi Masalah:
    Temukan apakah kalimat terlalu panjang, redundan, atau tidak jelas.

  2. Gunakan Prinsip Kehematan dan Ketegasan:
    Hapus kata yang tidak perlu dan perjelas ide utama.

  3. Terapkan Cara Parafrase:
    Ubah susunan kalimat, bentuk kata, atau struktur gramatikal agar pesan tetap sama tetapi bentuknya lebih ringkas.

  4. Periksa Kesepadanan Unsur:
    Pastikan setiap kalimat memiliki subjek, predikat, objek, dan keterangan yang seimbang.

Dengan langkah-langkah ini, cara parafrase menjadi keterampilan yang tidak hanya berguna dalam penulisan akademik tetapi juga dalam komunikasi profesional sehari-hari.

Kesimpulan

Kalimat efektif adalah dasar dari komunikasi tertulis yang baik. Untuk mencapainya, penulis harus memperhatikan kesepadanan struktur, kehematan kata, ketegasan, keparalelan, serta kejelasan makna. Kesalahan seperti redundansi, ketidaksejajaran bentuk, dan ambiguitas dapat diperbaiki dengan cara parafrase yang tepat. Parafrase memungkinkan penulis untuk menyusun ulang kalimat agar lebih jelas, logis, dan komunikatif, sekaligus memperkaya gaya bahasa tanpa mengubah makna.