Selama ini kita hidup dalam bayang-bayang definisi agama yang dibentuk oleh kolonialisme dan dilegitimasi negara. Akibatnya, praktik leluhur yang menjadi denyut nadi kehidupan bangsa justru dipinggirkan, dianggap tidak sah, bahkan dilupakan. Membayangkan Dunia Baru hadir sebagai sebuah perjalanan intelektual dan spiritual untuk keluar dari kotak sempit itu.
Buku ini adalah kisah tentang melawan lupa—lupa pada akar kita sendiri, pada suara leluhur, dan pada cara hidup yang lebih harmonis dengan alam. Di tengah krisis global yang kian menekan, buku ini menawarkan jalan lain: paradigma dekolonial yang lahir dari rahim Nusantara.
Membaca buku ini berarti menyiapkan diri untuk gelisah, untuk mempertanyakan yang sudah mapan, sekaligus menemukan harapan baru. Ia mengajak kita melihat bahwa masa depan yang lebih adil dan manusiawi bisa lahir ketika kita kembali mendengarkan kebijaksanaan leluhur.