No Image Available

Sungai dan Rawang

 Penulis: Mahesa Putra, dkk  Kategori: Puisi  Penerbit: Penerbit Kolofon  ISBN: 978-623-09-7850-0  Halaman: 102  Dimensi: 12 x 18 More Details
 Deskripsi:

Di masa kedaulatan Sriwijaya (7-12 Masehi), Sumatera Selatan adalah pusat peradapan bahari di Nusan Tenggara (Asia Tenggara). Laut dan lahan basah (sungai, rawa, danau dan Mangrove) menjadi ruang hidup dan spriritual, yang melahirkan beragam tradisi bersama pengetahuannya. Berbagai suku bangsa hidup di lahan basah yang luasnya mencapai 3-4 juta hektare, yang disebut lahan basah Sungai Musi

Kolonialisme Barat yang membawa peradaban darat (kontinental), membuat lahan basah yang sebelumnya dilihat sebagai “air“ berubah menjadi daratan (lahan). Pemahaman ini terus berlanjut hingga lahir dan berkembangnya Republik Indonesia. Lahan basah berubah menjadi lahan perkebunan, permukiman, serta sebagai infrastruktur lainnya.

Dampaknya, masyarakat yang hidup selama ratusan tahun di lahan basah Sungai Musi kehilangan ruang hidup dan spiritualnya. Bahkan perubahan iklim global yang mulai terasa dalam beberapa tahun terakhir, kian memperparah dampaknya. Kekeringan dan banjir, bukan hanya menghilangkan berbagai kekayaan alam yang selama ini sebagai sumber pangan dan ekonomi, juga menimbulkan bencana kebakaran, gagal panen, berbagai penyakit.

Bagaimana sikap dari generasi muda (Gen Z) yang lahir dan tumbuh di berbagai wilayah lahan basah sungai Musi terhadap fakta tersebut?

Beranjak dari pertanyaan tersebut, Teater Potlot menggelar sayembara penulisan puisi dengan judul “Sungai dan Rawang “ pada akhir 2023 lalu. Penulis puisi atau penyair muda yang menjadi sasaran, selain berasal dari komunitas atau masyarakat di lahan basah Sungai Musi, juga berusia maksimal 28 tahun. Terpilihlah puisi karya 10 penyair muda.

Ke-10 penyair muda tersebut Mahesa Putra, Unggul NU, Almer Deo F, Kemas Yudha, Reza Maulana, Siti Wahyu Vitamagistra, Pardesela, Abdurrahman Arif, dan Qaf Muhammad.

Buku ini adalah kumpulan puisi milik 10 penyair muda Palembang tersebut. Isinya, selain 10 puisi bertemakan lahan basah Sungai Musi, juga sejumlah puisi dengan tema lainnya.

Dampak yang diharapkan, buku ini menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk menyelamatkan lahan basah Sungai Musi, dan 10 penyair muda terus menyuarakan berbagai persoalan lingkungan hidup, yang saat ini menjadi ancaman nyata untuk memusnahkan manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi.

Atau, secuil jejak kecemasan dalam sejarah kehancuran lahan basah Sungai Musi.


 Kembali