Dalam pelajaran bahasa Indonesia, mengetahui perbedaan adverbia dan adjektiva menjadi langkah dasar jika ingin menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kedua kelas kata ini sama-sama berperan memberikan keterangan tambahan terhadap unsur lain dalam kalimat, tetapi fungsinya berbeda secara gramatikal dan semantis. Banyak penutur bahasa, bahkan mahasiswa linguistik sekalipun, kerap keliru menempatkan kedua jenis kata ini karena bentuknya sering mirip dan penggunaannya dalam konteks tertentu tampak tumpang tindih. Oleh sebab itu, penjelasan yang mendalam mengenai fungsi, ciri, dan makna dari adverbia serta adjektiva sangat diperlukan agar tidak terjadi salah kaprah dalam penggunaannya.
Mengapa Adverbia dan Adjektiva Sering Disamakan?
Bahasa Indonesia memiliki karakteristik morfologis yang unik dibandingkan bahasa lain. Dalam bahasa Inggris, misalnya, adverbia biasanya ditandai dengan akhiran -ly seperti pada kata quickly (cepat) atau beautifully (indahnya). Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, bentuk adverbia dan adjektiva tidak selalu memiliki perbedaan bentuk yang jelas. Kata cepat, baik, atau keras dapat berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia tergantung pada konteksnya. Misalnya, dalam kalimat Anak itu cepat belajar, kata cepat adalah adverbia karena menerangkan verba belajar. Namun dalam kalimat Mobil itu cepat, kata cepat berfungsi sebagai adjektiva karena menerangkan nomina mobil.
Fenomena ini, menurut Ramlan (2001) dalam Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis, disebabkan oleh sistem sintaksis bahasa Indonesia yang bersifat kontekstual. Artinya, fungsi suatu kata lebih ditentukan oleh posisinya dalam kalimat daripada oleh bentuk katanya. Inilah sebab utama mengapa perbedaan adverbia dan adjektiva sering menimbulkan kebingungan. Bahasa Indonesia tidak memiliki ciri morfologis yang tegas untuk membedakan kelas kata tersebut, sehingga analisisnya harus dilakukan melalui konteks fungsi kalimat.
Adjektiva: Menunjukkan Sifat dan Keadaan
Adjektiva, atau yang biasa disebut kata sifat, merupakan kelas kata yang berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan sifat, keadaan, atau ciri dari suatu benda (nomina). Menurut Alwi dkk. (2010) dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, adjektiva digunakan untuk memberikan gambaran tentang kualitas yang melekat pada suatu objek. Misalnya dalam kalimat:
Bunga itu indah.
Air laut terasa asin.
Anak itu rajin belajar.
Kata indah, asin, dan rajin semuanya menjelaskan keadaan atau sifat dari benda yang disebutkan. Adjektiva dapat menempati posisi predikat, seperti dalam contoh di atas, maupun posisi atributif (di belakang nomina) seperti pada kalimat rumah besar itu milik kakek.
Adjektiva juga sering kali dapat diperluas dengan kata keterangan derajat, seperti sangat, lebih, agak, terlalu, atau paling. Misalnya: sangat cantik, lebih tinggi, agak berat, atau paling murah. Ciri ini, menurut Chaer (2012) dalam Linguistik Umum, menjadi salah satu indikator paling jelas untuk mengidentifikasi kata sifat dalam kalimat.
Selain itu, adjektiva bersifat statis secara semantik. Kata ini menunjukkan kualitas yang relatif tetap dan tidak berubah dalam waktu singkat. Ketika seseorang disebut tinggi atau baik hati, sifat tersebut dianggap melekat pada diri orang tersebut. Berbeda dengan adverbia yang lebih bersifat dinamis karena berkaitan dengan tindakan atau peristiwa yang terjadi dalam waktu tertentu.
Adverbia
Adverbia, atau kata keterangan, berfungsi untuk memberikan keterangan tambahan terhadap verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), atau seluruh kalimat. Fungsinya adalah memperjelas bagaimana, kapan, di mana, atau seberapa intens suatu tindakan atau keadaan terjadi. Dalam Kamus Linguistik karya Kridalaksana (2008), dijelaskan bahwa adverbia berfungsi memperluas makna kalimat dengan menambahkan unsur keterangan tanpa mengubah struktur sintaktis utama.
Beberapa contoh penggunaan adverbia dalam kalimat adalah sebagai berikut:
Ia berlari cepat.
Mereka datang kemarin.
Kakak bekerja dengan tekun.
Rumah itu sangat indah.
Dalam kalimat Ia berlari cepat, kata cepat adalah adverbia karena menjelaskan cara seseorang berlari (cara melakukan tindakan). Sedangkan dalam kalimat Rumah itu sangat indah, kata sangat merupakan adverbia yang menerangkan tingkat keindahan dari adjektiva indah. Hal ini menunjukkan bahwa adverbia tidak hanya menerangkan verba, tetapi juga dapat menerangkan adjektiva atau keseluruhan kalimat.
Adverbia memiliki beberapa jenis berdasarkan maknanya, antara lain:
- Adverbia waktu, seperti kemarin, besok, tadi pagi, nanti sore.
- Adverbia tempat, seperti di sini, di sana, ke luar, di bawah.
- Adverbia cara, seperti perlahan, cepat, diam-diam, baik-baik.
- Adverbia derajat atau intensitas, seperti sangat, sekali, agak, terlalu.
- Adverbia frekuensi, seperti sering, jarang, kadang-kadang.
Namun dalam artikel ini, fokus kita bukan pada klasifikasinya, melainkan pada cara membedakan fungsinya dari adjektiva dalam konteks kalimat.
Perbedaan Struktural dan Fungsional
Perbedaan paling mendasar antara adverbia dan adjektiva terletak pada apa yang diterangkan oleh kata tersebut. Jika kata itu menerangkan benda, maka termasuk adjektiva. Jika menerangkan kata kerja, kata sifat lain, atau kalimat secara keseluruhan, maka tergolong adverbia.
Misalnya:
Dia adalah anak baik. (adjektiva)
Dia bekerja baik. (adverbia)
Dalam contoh pertama, baik menerangkan nomina anak, sedangkan dalam contoh kedua, baik menerangkan verba bekerja. Fungsi inilah yang menentukan kelas katanya.
Ramlan (1987) menegaskan bahwa adjektiva cenderung melekat pada nomina dan menjadi bagian dari predikat nominal, sedangkan adverbia memiliki sifat bebas dan dapat berpindah posisi dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat Besok mereka berangkat dan Mereka berangkat besok, kata besok tetap berfungsi sebagai adverbia, walaupun posisinya berpindah.
Adjektiva tidak memiliki fleksibilitas seperti itu. Kata indah dalam pemandangan indah tidak bisa dipindahkan ke awal kalimat menjadi indah pemandangan tanpa mengubah struktur gramatikal dan makna kalimat.
Aspek Semantis: Sifat vs. Proses
Jika dilihat dari sisi semantik, adjektiva menunjukkan sifat inheren suatu entitas, sementara adverbia menunjukkan proses atau keadaan sementara yang terjadi dalam waktu tertentu. Adjektiva bersifat deskriptif, sedangkan adverbia bersifat relasional.
Keraf (1984) dalam Tatabahasa Indonesia menjelaskan bahwa adjektiva menandakan kualitas yang statis (seperti tinggi, panas, dingin), sedangkan adverbia menandakan kualitas yang bersifat relasional terhadap tindakan (seperti cepat, pelan-pelan, diam-diam). Dengan kata lain, adjektiva menggambarkan apa yang dimiliki benda, sementara adverbia menggambarkan bagaimana sesuatu dilakukan.
Perbandingan ini dapat dilihat dari contoh berikut:
Gunung itu tinggi. (adjektiva – sifat yang melekat pada benda)
Ia berbicara tinggi-tinggi. (adverbia – cara berbicara, bukan sifat gunung)
Makna kalimat berubah drastis ketika fungsi katanya berganti. Oleh sebab itu, memahami hubungan semantis antara subjek dan kata yang menerangkannya menjadi kunci utama dalam membedakan keduanya.
Keterkaitan antara Adverbia dan Adjektiva dalam Struktur Kalimat
Menariknya, adverbia dan adjektiva memiliki hubungan yang erat dalam struktur kalimat. Adverbia sering digunakan untuk memperkuat makna adjektiva. Misalnya, pada frasa sangat indah, terlalu panas, atau agak lemah, adverbia berfungsi menandai derajat intensitas dari sifat yang disebutkan adjektiva.
Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa memiliki sistem bertingkat: adverbia dapat memodifikasi adjektiva, tetapi adjektiva tidak dapat memodifikasi adverbia. Hal ini sejalan dengan prinsip hierarki sintaksis dalam linguistik, sebagaimana dijelaskan oleh Verhaar (2010) dalam Asas-Asas Linguistik Umum, bahwa struktur kalimat bersifat bertingkat dan setiap unsur memiliki tingkat fungsi yang berbeda. Dalam hal ini, adjektiva berada pada tingkat deskriptif, sedangkan adverbia berfungsi pada tingkat modifikatif.
Faktor Penyebab Kesalahan dalam Penggunaan
Sebagian besar kesalahan dalam membedakan adverbia dan adjektiva berasal dari dua hal: (1) pengaruh bentuk yang sama secara leksikal, dan (2) kurangnya kesadaran terhadap fungsi sintaksis kalimat. Bahasa Indonesia tidak memiliki tanda bentuk yang konsisten untuk membedakan kelas kata, sehingga konteks menjadi penentu tunggal.
Misalnya, banyak penutur mengatakan “Dia cepat marah” tanpa menyadari bahwa cepat di situ bukan adjektiva, melainkan adverbia yang menerangkan proses marah. Jika seseorang mengatakan “Dia orang cepat”, barulah cepat berfungsi sebagai adjektiva yang menerangkan kata benda orang.
Faktor lain adalah karena pembelajaran bahasa di sekolah sering hanya berfokus pada definisi, bukan pada fungsi dalam konteks. Padahal, menurut Chaer (2012), analisis fungsi sintaktis jauh lebih penting untuk memahami struktur kalimat daripada sekadar mengenali bentuk katanya. Inilah penyebab utama terjadinya kekeliruan yang terus berulang dalam praktik berbahasa.
Kesimpulan
Pada akhirnya, memahami perbedaan adverbia dan adjektiva bukan sekadar latihan gramatikal, melainkan bentuk kesadaran linguistik terhadap bagaimana bahasa bekerja dalam membangun makna. Adjektiva menerangkan sifat atau keadaan yang melekat pada benda dan bersifat statis, sedangkan adverbia menerangkan cara, waktu, tempat, atau derajat yang bersifat dinamis dan fleksibel.
Keduanya saling berhubungan tetapi tidak dapat saling menggantikan, sebab fungsi sintaktis dan semantiknya berbeda secara mendasar. Dengan memahami perbedaan ini, penutur bahasa dapat menggunakan kata dengan lebih tepat, menghasilkan kalimat yang tidak hanya benar secara gramatikal tetapi juga kaya makna. Maka, dapat disimpulkan bahwa penguasaan terhadap perbedaan adverbia dan adjektiva merupakan kunci untuk mencapai ketepatan, kejelasan, dan keindahan dalam berbahasa Indonesia.