Ada kategori verba yang lebih subtil, yang merujuk pada aktivitas non-fisik—aktivitas yang dilakukan di ranah internal, yaitu Verba Tingkah Laku (sering juga disebut verba mental). Verba tingkah laku adalah kunci untuk memahami bagaimana karakter, baik dalam cerita maupun dalam komunikasi sehari-hari, merasa, berpikir, merespons, dan berinteraksi secara kognitif dengan dunia di sekitarnya. Penguasaan jenis verba ini sangat krusial, terutama dalam penulisan naratif, jurnalistik, dan akademik, karena ia memberikan kedalaman psikologis dan kontekstual pada suatu peristiwa atau pernyataan.
Untuk memahami esensi verba tingkah laku, kita harus terlebih dahulu membandingkannya dengan kategori verba lain, khususnya verba material, agar batas antara tindakan fisik dan tindakan mental menjadi jelas.
Pengertian Verba Tingkah Laku
Verba Tingkah Laku (Mental Verbs) adalah kata kerja yang menggambarkan reaksi subjek terhadap suatu tindakan, peristiwa, atau keadaan. Reaksi ini terjadi di dalam pikiran, hati, atau indra, sehingga tidak secara langsung merujuk pada aktivitas fisik yang terlihat jelas. Verba jenis ini berhubungan dengan persepsi (pengamatan), afeksi (perasaan atau emosi), dan kognisi (pemikiran atau penalaran). Contoh paling sederhana adalah kata percaya, suka, atau memahami. Verba-verba ini menunjukkan suatu proses internal yang dialami oleh partisipan, bukan gerakan fisik yang dilakukan terhadap objek.
Kontras dengan Verba Material
Perbedaan mendasar antara verba tingkah laku dan verba material terletak pada sifat aksi yang diwakilinya. Verba material, seperti memukul, menendang, atau membawa, memerlukan aksi fisik yang nyata dan dapat diamati. Subjeknya disebut Aktor, dan objeknya disebut Sasaran. Sebaliknya, verba tingkah laku berfokus pada pengalaman batin. Dalam verba tingkah laku, partisipan yang mengalami proses internal disebut Pengalami (Senser), dan hal yang memicu atau menjadi fokus pengalaman batin itu disebut Fenomena (Phenomenon).
Sebagai contoh, bandingkan:
- Verba Material: Dia memotong kertas. (Aksi fisik)
- Verba Tingkah Laku: Dia merasa sedih. (Aksi mental/emosional)
Kontras ini penting karena mempengaruhi struktur dan peran kata benda yang menyertai verba tersebut dalam kalimat.
Ciri-Ciri Gramatikal Verba Tingkah Laku
Verba tingkah laku memiliki struktur partisipan yang khas yang membedakannya secara sintaksis dari verba lain. Memahami ciri-ciri ini akan membantu penulis menyusun kalimat yang logis dan sesuai kaidah.
1. Kehadiran Partisipan Pengalami (Senser) dan Fenomena (Phenomenon)
Ciri utama verba tingkah laku, sebagaimana dijelaskan dalam kajian linguistik fungsional, adalah keharusan adanya dua partisipan inti. Pengalami adalah partisipan yang berupa makhluk bernyawa (manusia atau terkadang hewan) yang memiliki kemampuan untuk mengalami perasaan atau memproses informasi. Fenomena adalah hal atau konsep yang memicu atau menjadi sasaran dari pengalaman mental si Pengalami. Fenomena ini bisa berupa benda, orang, klausa (suatu kalimat), atau abstrak.
Contoh struktur: Pengalami + Verba Tingkah Laku + Fenomena.
- Para siswa (Pengalami) memahami (V. Tingkah Laku) materi pelajaran (Fenomena).
- Mereka (Pengalami) meyakini (V. Tingkah Laku) keberhasilannya (Fenomena).
2. Sifat Intransitif atau Transitif yang Unik
Meskipun banyak verba material bersifat transitif (memerlukan objek), verba tingkah laku dapat berupa intransitif (tidak memerlukan objek, seperti menangis atau bersedih) atau transitif (memerlukan objek, seperti mempercayai atau menghargai). Namun, objek atau pelengkap pada verba tingkah laku bukanlah Sasaran yang dikenai tindakan fisik, melainkan Fenomena yang menjadi pusat perhatian mental Pengalami.
Menurut Abdul Chaer dalam bukunya Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses (2009), verba mental seringkali diperlakukan secara khusus dalam kajian sintaksis karena objeknya tidak selalu merupakan pasien (pihak yang dikenai aksi), melainkan target kognitif. Misalnya, Saya menghargai kejujuranmu. Kejujuran adalah Fenomena yang menjadi fokus apresiasi mental.
3. Aspek Kebahasaan Lain
Verba tingkah laku sering kali muncul dalam kalimat yang melibatkan kondisi mental, emosional, atau kognitif. Dalam penulisan, ini sangat efektif untuk:
- Menggambarkan karakter: menunjukkan emosi dan motivasi internal karakter (Dia merasa ragu…).
- Menyatakan opini/sikap: menyajikan pandangan atau keyakinan (Kami menyetujui rencana itu…).
- Menciptakan kedalaman: memberikan lapisan batin pada peristiwa yang terjadi (Publik menyadari bahaya tersembunyi…).
60 Contoh Verba Tingkah Laku dan Penggunaannya dalam Kalimat
Kumpulan verba tingkah laku dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar: Verba Persepsi, Verba Kognisi, dan Verba Afeksi.
A. Verba Persepsi (Pengalaman Indrawi)
Verba ini berhubungan dengan penggunaan indra, sering kali melibatkan proses mental yang cepat setelah stimulus diterima.
No. | Verba Tingkah Laku | Contoh Kalimat Lengkap |
1 | Melihat | Adik melihat pertunjukan boneka itu dengan gembira. |
2 | Mendengar | Ayah mendengar berita itu dari radio pagi tadi. |
3 | Mencium | Koki itu mencium aroma masakan yang sangat lezat. |
4 | Merasa (secara indra) | Lidahku merasa rasa pedas yang membakar. |
5 | Menonton | Kami menonton film sejarah di bioskop semalam. |
6 | Menyimak | Para hadirin menyimak pidato presiden dengan saksama. |
7 | Memerhatikan | Guru memerhatikan cara kerja setiap murid. |
8 | Melirik | Dia melirik jam dinding sambil menunggu bel pulang. |
9 | Mengamati | Peneliti mengamati pergerakan bintang-bintang di teleskop. |
10 | Menikmati | Para tamu menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu. |
B. Verba Kognisi (Berpikir dan Penalaran)
Verba ini melibatkan proses mental yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan.
No. | Verba Tingkah Laku | Contoh Kalimat Lengkap |
11 | Memikirkan | Rina memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. |
12 | Memahami | Saya belum memahami konsep fisika yang sulit itu. |
13 | Mengetahui | Kami mengetahui rahasia itu dari sumber yang terpercaya. |
14 | Meyakini | Semua peserta meyakini bahwa proyek ini akan berhasil. |
15 | Mempercayai | Orang-orang mempercayai janji-janji yang diucapkan pemimpin itu. |
16 | Menduga | Polisi menduga pelaku melarikan diri ke luar kota. |
17 | Menilai | Juri menilai hasil karya seni itu berdasarkan keindahan. |
18 | Mempertimbangkan | Perusahaan mempertimbangkan tawaran kerja sama dari luar negeri. |
19 | Menganalisis | Ahli bahasa menganalisis struktur kalimat yang kompleks. |
20 | Menyadari | Dia baru menyadari kesalahannya setelah diberi teguran. |
21 | Mengerti | Anda pasti mengerti mengapa keputusan ini harus diambil. |
22 | Mengingat | Kakek mengingat semua detail cerita masa mudanya. |
23 | Melupakan | Sulit bagi kami melupakan peristiwa sedih itu. |
24 | Mempelajari | Kami mempelajari teknik baru dalam bermain catur. |
25 | Mewaspadai | Masyarakat mewaspadai potensi bencana alam di musim hujan. |
26 | Merencanakan | Mereka merencanakan perjalanan ke pegunungan bulan depan. |
27 | Mengkhawatirkan | Ibu mengkhawatirkan kondisi kesehatan ayahnya yang sakit. |
28 | Mengira | Saya mengira Anda sudah pulang dari tadi. |
29 | Menanggapi | Pemerintah menanggapi isu krisis pangan dengan cepat. |
30 | Menyetujui | Semua anggota rapat menyetujui usulan perubahan jadwal. |
C. Verba Afeksi (Perasaan dan Emosi)
Verba ini berhubungan dengan perasaan, emosi, atau sikap batin yang dialami oleh Pengalami.
No. | Verba Tingkah Laku | Contoh Kalimat Lengkap |
31 | Mencintai | Dia mencintai musik klasik sejak usia remaja. |
32 | Menyukai | Anak-anak menyukai es krim rasa cokelat dan stroberi. |
33 | Membenci | Beberapa orang membenci sikapnya yang sombong. |
34 | Merindukan | Kami selalu merindukan suasana kampung halaman. |
35 | Mengharapkan | Semua pihak mengharapkan hasil yang terbaik dari kompetisi ini. |
36 | Takut | Mereka takut terhadap kegelapan dan ketinggian. |
37 | Senang | Para karyawan senang dengan kenaikan gaji yang diumumkan. |
38 | Sedih | Seluruh keluarga sedih mendengar berita duka itu. |
39 | Benci | Dia benci ketidakadilan yang menimpa masyarakat kecil. |
40 | Khawatir | Saya khawatir akan dampak dari perubahan iklim ini. |
41 | Terkejut | Ayah terkejut melihat hadiah ulang tahun yang kami siapkan. |
42 | Bangga | Kami bangga atas prestasi yang diraih oleh timnas. |
43 | Kecewa | Para penggemar kecewa karena konser dibatalkan mendadak. |
44 | Menyesal | Dia menyesal telah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. |
45 | Berempati | Kami berempati terhadap korban bencana alam di daerah terpencil. |
D. Verba Sikap dan Respons Internal
Verba ini menunjukkan respons atau sikap batin terhadap suatu Fenomena.
No. | Verba Tingkah Laku | Contoh Kalimat Lengkap |
46 | Menghargai | Kita harus menghargai setiap perbedaan pendapat. |
47 | Menghormati | Setiap warga negara menghormati simbol-simbol negara. |
48 | Mendukung | Para investor mendukung kebijakan baru yang pro-lingkungan. |
49 | Menolak | Pihak oposisi menolak keras rancangan undang-undang tersebut. |
50 | Mengabaikan | Dia sering mengabaikan nasihat baik dari orang tuanya. |
51 | Mempertahankan | Tim itu mempertahankan gelar juara mereka selama tiga tahun berturut-turut. |
52 | Mengagumi | Penonton mengagumi keindahan tarian tradisional itu. |
53 | Menoleransi | Kita harus menoleransi kebiasaan kecil yang tidak kita sukai. |
54 | Memuji | Kritikus seni memuji lukisan abstrak yang baru dipamerkan. |
55 | Mengkritik | Beberapa akademisi mengkritik validitas data penelitian tersebut. |
56 | Menyepakati | Kedua belah pihak akhirnya menyepakati perjanjian damai. |
57 | Menghindari | Kita menghindari segala bentuk perdebatan yang tidak perlu. |
58 | Memperhatikan | Pemerintah memperhatikan peningkatan kasus penyakit langka. |
59 | Membutuhkan | Perusahaan membutuhkan ide-ide segar untuk proyek baru. |
60 | Mengidolakan | Remaja itu mengidolakan penyanyi pop dari Korea Selatan. |
Implikasi Verba Tingkah Laku dalam Komunikasi dan Penulisan
Verba tingkah laku bukan sekadar kategori gramatikal; ia adalah perangkat linguistik yang memberikan kedalaman dan nuansa pada komunikasi. Penggunaan verba tingkah laku yang variatif, seperti yang disajikan dalam 60 contoh di atas, sangat esensial dalam berbagai konteks penulisan.
Dalam penulisan teks eksposisi atau argumentasi, verba kognisi (menilai, meyakini, menganalisis) digunakan untuk membangun argumen dan menyajikan penalaran yang logis. Sebagai contoh, seorang penulis esai ilmiah akan menggunakan kalimat seperti, “Peneliti menganalisis data kualitatif secara mendalam, dan mereka menyadari adanya bias sampel yang signifikan,” untuk menunjukkan proses berpikir ilmiah yang kredibel.
Sementara itu, dalam teks naratif seperti novel atau cerita pendek, verba afeksi (merindukan, khawatir, terkejut) digunakan untuk mengembangkan karakter dan membangun ikatan emosional antara pembaca dan tokoh. Ketika seorang penulis menyatakan, “Tokoh utama merasakan kegelisahan yang hebat dan takut akan masa depannya,” pembaca diajak untuk berempati dan memahami dimensi batin sang karakter, sebuah teknik yang sangat efektif dalam menciptakan suspense atau drama. Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa (2004), pilihan kata kerja yang tepat akan menentukan kualitas retorika dan kejelasan pesan yang disampaikan, di mana verba tingkah laku berperan sebagai penjelas motivasi dan keadaan psikologis.
Secara keseluruhan, verba tingkah laku memberikan kemampuan bagi penulis untuk melampaui deskripsi fisik belaka. Verba ini memungkinkan kita memotret dunia batin dan menghubungkannya dengan peristiwa eksternal. Dengan menguasai 60 contoh verba tingkah laku ini dan mempraktikkannya secara variatif, penulis dapat menghasilkan tulisan yang kaya akan makna, terstruktur secara gramatikal, dan mampu menyentuh aspek kognitif dan emosional pembaca. Verba tingkah laku adalah jembatan antara pikiran dan bahasa.