Ingin Menjadi Travel Writer? Ini 12 Format Tulisan yang Disukai Media Indonesia

Dalam Artikel Ini

Profesi  travel writer memiliki daya tarik yang kuat, seba ia dibayar untuk jalan-jalan, menjelajah tempat baru, dan menceritakan kisah yang menginspirasi. Di tengah menjamurnya travel blogger dan vlogger, media massa dan platform profesional tetap mencari penulis yang mampu menyajikan narasi perjalanan dengan kualitas jurnalistik tinggi.

Kunci sukses untuk menembus media Indonesia dan menjadi travel writer yang diakui adalah dengan memahami jenis format tulisan yang dicari dan dihargai oleh para editor. Mengetahui format ini membantu Anda menyesuaikan pengalaman perjalanan menjadi produk tulisan yang relevan dan memiliki nilai jual. Artikel ini akan mengupas 12 format spesifik yang bisa Anda adopsi untuk mengirimkan naskah perjalanan Anda.

Kategori A: Format Naratif dan Pengalaman

Format naratif dan pengalaman adalah jantung dari travel writing klasik, menempatkan pengalaman pribadi, emosi, dan alur cerita penulis sebagai fokus utama. Dalam kategori ini, pembaca tidak hanya mencari daftar tempat wisata, melainkan koneksi emosional yang mendalam dengan kisah perjalanan. Salah satu sub-kategori utamanya adalah Travel Memoir/Feature Personal, yang melampaui deskripsi tempat semata. Format ini berfokus pada transformasi diri, pelajaran hidup, atau momen emosional yang kuat yang muncul akibat perjalanan, menggunakan destinasi hanya sebagai latar. Misalnya, kisah introspeksi berjudul “Saat Saya Tersesat di Kaki Gunung Rinjani dan Menemukan Makna Sabar,” di mana gunung berfungsi sebagai guru kehidupan, bukan sekadar pemandangan.

Selanjutnya, Jurnal Perjalanan (Travel Diary) menawarkan catatan harian yang kronologis, mendetail, dan intim, seolah-olah pembaca ikut serta dalam perjalanan tersebut. Format ini sangat efektif untuk destinasi yang kaya akan detail sensorik, memungkinkan pembaca untuk “merasakan” tempat tersebut, seperti pada tulisan “Sehari di Pasar Terapung Lokbaintan: Aroma, Suara, dan Kisah Para Pedagang,” yang secara hidup menghadirkan hiruk pikuk dan aroma khas pasar. Terakhir, ada Kisah Perjumpaan (Encounter Story), yang mengalihkan fokus dari tempat ke interaksi mendalam dengan individu lokal. Cerita jenis ini sering kali lebih menonjolkan manusia daripada destinasi, menggali kisah hidup, kearifan lokal, atau pandangan unik sang narasumber. Contohnya adalah “Nenek Penenun di Sumba: Kisah di Balik Motif yang Melindungi,” yang menonjolkan esensi budaya dan tempat melalui kisah personal seorang individu.

Kategori B: Format Informatif dan Praktis

Di era informasi serba cepat saat ini, semakin banyak pembaca mencari tulisan perjalanan yang dapat segera mereka aplikasikan. Oleh karena itu, Kategori Format Informatif dan Praktis berfokus pada penyediaan informasi yang berguna, panduan, dan tips konkret bagi calon wisatawan.

Salah satu format kuncinya adalah Panduan Komprehensif (The Destination Guide), yang berfungsi sebagai tulisan A-Z tentang suatu destinasi. Panduan ini harus dirancang untuk menjawab semua pertanyaan praktis pembaca, mulai dari cara menuju lokasi, pilihan akomodasi, atraksi utama yang harus dikunjungi, hingga estimasi biaya yang dibutuhkan. Kedalaman informasinya harus detail dan terstruktur, seperti pada contoh “Panduan Lengkap Liburan 3 Hari di Labuan Bajo: dari Darat hingga Laut,” yang memecah informasi secara terperinci hari demi hari.

Selanjutnya, Daftar (Listicle) Destinasi menawarkan format yang sangat mudah dicerna dan menarik perhatian pembaca daring, meski terkadang dianggap remeh. Format daftar bernomor ini sangat efektif digunakan untuk mempromosikan tempat-tempat yang kurang dikenal atau menargetkan ceruk (niche) tertentu di pasar. Contohnya adalah daftar menarik seperti “7 Air Terjun Tersembunyi di Jawa Timur yang Wajib Masuk Bucket List Anda.”

Terakhir, fokus pada Tips dan Trik Perjalanan mengedepankan aspek yang sangat praktis, seperti panduan penghematan biaya, tips keamanan, logistik perjalanan, atau trik bepergian yang efisien. Konten seperti “10 Cara Menghemat Budget Transportasi Saat Solo Traveling di Asia Tenggara” memiliki nilai jual yang tinggi karena secara langsung menawarkan solusi untuk masalah-masalah umum yang dihadapi oleh para pelancong.

Dengan mengedepankan kepraktisan dan informasi yang siap pakai, format-format ini memastikan tulisan perjalanan memiliki nilai guna yang maksimal bagi audiens modern.

Kategori C: Format Niche dan Mendalam

Kategori ini membawa travel writing ke tingkat yang lebih serius, sering kali mengubah penulis dari sekadar pelancong menjadi seorang peneliti karena membutuhkan riset yang lebih mendalam mengenai aspek spesifik dari perjalanan.

Format Kuliner/Food Travel menjadi salah satu fokus utama, di mana penulis menjelajahi destinasi melalui makanan, sejarah, dan budaya di baliknya. Penulis tidak sekadar mencantumkan rekomendasi restoran, melainkan menceritakan asal-usul hidangan, proses pembuatannya, atau pengaruh kuliner terhadap masyarakat lokal, seperti pada eksplorasi historis “Mencari Jejak Rasa Kopi Peninggalan Belanda di Lembang.” Selanjutnya, Wisata Budaya & Sejarah menghubungkan tempat wisata dengan konteks yang lebih besar—sejarah, arsitektur, atau tradisi lokal. Di sini, penulis bertindak sebagai sejarawan yang membawa pembaca melintasi waktu, misalnya saat “Mengurai Misteri Relief Kapal di Candi Borobudur: Bukti Peradaban Bahari.”

Selain itu, Wisata Berkelanjutan (Sustainable/Eco-Tourism) menjadi format yang semakin diminati karena fokus pada destinasi yang mengedepankan kelestarian lingkungan atau pemberdayaan komunitas lokal. Media sangat menyukai kisah inspiratif tentang dampak positif, seperti kisah “Belajar Konservasi Laut di Desa Binaan Karimunjawa,” yang tidak hanya menjual keindahan alam tetapi juga etika perjalanan yang bertanggung jawab. Terakhir, Laporan Angka/Tren (Data-Driven Travel) memberikan nilai wawasan strategis, terutama bagi media yang lebih berbasis bisnis. Tulisan jenis ini menggunakan data, survei, atau tren terkini dalam industri pariwisata untuk memberikan analisis yang dicari, contohnya “Mengapa Wisata Minat Khusus Meningkat Pasca-Pandemi? Analisis Tren Liburan Indonesia.”

Kategori D: Format Khusus Media

Kategori ini temasuk  dua jenis tulisan yang sangat spesifik dan umumnya ditujukan untuk kolom tertentu di sebuah media. Pertama, Opini (Travel Op-Ed) menyajikan pendapat pribadi yang kuat dan terstruktur mengenai isu pariwisata yang lebih besar. Tulisan ini bukan sekadar keluhan tanpa dasar, melainkan kritik atau usulan yang didukung oleh argumen logis. Contohnya, penulis dapat membahas “Membayar Mahal untuk Selfie: Kritik Terhadap Komersialisasi Destinasi Populer.” Kedua, Review Jasa/Produk Terkait Perjalanan merupakan ulasan mendalam dan jujur tentang pengalaman menggunakan layanan atau produk tertentu, seperti hotel, maskapai, glamping, atau aplikasi perjalanan. Penulis menghadirkan tulisan yang harus seimbang, memuat kelebihan dan kekurangan secara objektif, misalnya “Review Jujur Menginap di Glamping Tengah Hutan Bandung: Antara Ekspektasi dan Realita.”

Penutup

Menjadi seorang travel writer yang sukses di Indonesia menuntut lebih dari sekadar kemampuan bercerita; itu memerlukan fleksibilitas format yang tinggi. Dengan menguasai 12 format tulisan yang telah dibahas, Anda mengubah pengalaman perjalanan Anda menjadi produk tulisan yang relevan dan memiliki nilai jual yang tinggi di mata editor. Setelah memahami format-format ini, langkah selanjutnya adalah mulai berlatih, memilih format yang paling sesuai dengan pengalaman Anda, dan mempelajari gaya penulisan media target Anda. Ingatlah, perjalanan terbaik adalah cerita yang diceritakan dengan baik. Mulailah menulis, kirimkan karya Anda, dan biarkan kisah perjalanan Anda membawa Anda pada petualangan karier berikutnya.