Tahukah kamu, apa alasan naskahmu ditolak oleh editor penerbit mayor? Naskah yang ditolak bukan karena ceritanya buruk, tetapi karena dua dokumen pendampingnya—Query Letter (Surat Pengantar) dan Sinopsis gagal menarik perhatian editor. Editor penerbit mayor menerima ratusan proposal setiap bulan. Mereka hanya punya waktu beberapa detik untuk memutuskan apakah proposalmu layak dibaca lebih lanjut.
Jika query letter dan sinopsismu mengandung kesalahan-kesalahan fatal ini, naskahmu hampir pasti akan berakhir di tumpukan penolakan. Mari kita bedah lima kesalahan paling umum yang harus kamu hindari.
Kesalahan 1
Query letter adalah surat lamaranmu. Ia harus singkat, padat, profesional, dan langsung ke intinya.
Banyak penulis gagal karena terlalu bertele-tele di awal. Mereka memulai dengan curhat tentang perjuangan menulis, memuji penerbit secara berlebihan, atau menggunakan bahasa yang terlalu santai dan tidak resmi. Editor tidak punya waktu untuk membaca biografi panjangmu; mereka ingin tahu apa yang kamu tawarkan.
Untuk mengantasipasi hal itu, pastikan query letter-mu hanya satu halaman. Mulai dengan perkenalan dirimu dan karyamu (judul, genre, dan jumlah kata). Langsung sampaikan hook (pengait) ceritamu dalam satu atau dua kalimat memukau, lalu lanjutkan dengan sinopsis ringkas (bukan sinopsis utama). Tunjukkan data (misalnya: follower media sosial) jika kamu memiliki platform yang kuat, dan akhiri dengan ucapan terima kasih yang sopan.
Kesalahan 2
Sinopsis yang kamu kirimkan ke editor adalah alat pemasaran internal, bukan blurb di sampul belakang buku. Fungsinya adalah meyakinkan editor bahwa ceritamu memiliki konflik, alur, dan resolusi yang kuat.
Dua jenis sinopsis yang paling sering ditolak adalah: Sinopsis Spoiler dan Sinopsis Teaser (Penggoda). Sinopsis spoiler menceritakan seluruh plot dari awal hingga akhir, termasuk ending-nya. Ini membuat editor berpikir, “Oh, alurnya klise.” Sebaliknya, sinopsis teaser terlalu kabur, hanya memberikan petunjuk misterius dan tidak menjelaskan inti konflik atau apa yang dipertaruhkan tokoh utama.
Solusinya, buatlah sinopsis yang ideal, yang mana itu menjelaskan konflik awal, apa yang dipertaruhkan (stakes), dan titik balik yang membuat cerita menarik, tetapi tidak perlu membocorkan ending-nya secara gamblang (kecuali penerbit memintanya spesifik). Fokuskan 70% sinopsis pada paruh pertama cerita, dan 30% pada konflik paruh kedua.
Kesalahan 3
Sering kali, penulis mengirimkan proposal tanpa melakukan riset mendalam terhadap penerbit yang dituju. Kesalahan fatalnya adalah salah kirim genre.
Misalnya, kamu mengirim novel young adult fantasy yang gelap ke penerbit yang terkenal hanya menerbitkan buku self-help atau fiksi islami. Editor akan langsung menolak karena naskahmu tidak sesuai dengan segmen pasar dan brand mereka. Lebih buruk lagi, penulis sering mengabaikan target pembaca. Editor ingin tahu untuk siapa buku ini dijual (misalnya: wanita 18-25 tahun, penggemar K-Pop, atau profesional muda).
Untuk menghindari kesalahan tersebut maka kamu harus melakukan riset! Cek katalog penerbit tersebut selama 2-3 tahun terakhir. Jika kamu mengirimkan naskah fiksi, cantumkan genre yang spesifik (misalnya: Contemporary Romance, bukan hanya “cinta-cintaan”). Sebutkan komparasi atau comp title (misalnya: “Gaya bahasanya seperti novel X yang laris, tetapi dengan konflik khas drama Korea Y”). Ini menunjukkan bahwa kamu memahami posisi pasarmu.
Kesalahan 4
Sebelum editor membaca kalimat pertamamu, mereka sudah menilai profesionalisme naskahmu dari segi formatting. Naskah yang dikirimkan dengan font unik (seperti Comic Sans atau Monotype Corsiva), spasi tunggal, tanpa margin, atau file yang berantakan menunjukkan bahwa penulis tidak serius.
Naskah yang tidak mengikuti standar baku penulisan (misalnya: banyak typo yang tidak terdeteksi, atau dialog yang tidak jelas penandanya) memaksa editor menghabiskan waktu untuk memperbaiki hal-hal mendasar, padahal waktu mereka sangat berharga.
Oleh sebab itu kamu harus mengikuti standar industri, gunakan font Times New Roman atau Garamond ukuran 12pt, spasi ganda, dan margin standar (2-3 cm). Pastikan setiap halaman bernomor, dan berikan nama file yang jelas (Contoh: “Proposal_JudulBuku_NamaPenulis.pdf”). Koreksi typo berkali-kali! Formatting yang rapi adalah tanda bahwa kamu menghargai waktu editor.
Kesalahan 5
Kesalahan ini sangat umum dalam sinopsis fiksi: penulis terlalu fokus pada apa yang terjadi (plot), tetapi lupa menjelaskan mengapa kita harus peduli (stakes).
Stakes (pertaruhan atau risiko) adalah konsekuensi mengerikan yang akan terjadi jika tokoh utama gagal mencapai tujuannya. Tanpa stakes yang jelas, editor akan merasa ceritamu datar dan tidak mendebarkan. Contoh stakes yang lemah: “Tokoh A harus memilih antara dua cowok.” Contoh stakes yang kuat: “Tokoh A harus memilih antara dua cowok; jika ia salah memilih, ia akan memicu perang antardimensi yang akan melenyapkan keluarganya.”
Jadi, ketika menulis sinopsis, pastikan ada kalimat yang secara eksplisit menjelaskan, apa yang akan hilang, hancur, atau terjadi jika tokoh utama gagal? Apakah itu kariernya, masa depannya, atau nyawa orang yang ia cintai? Editor mencari risiko yang tinggi dan emosional, karena itulah yang membuat pembaca terus membalik halaman.
Dengan menghindari lima kesalahan fatal ini, kamu meningkatkan peluang naskahmu untuk dibaca lebih lanjut oleh editor. Ingat, query letter dan sinopsis adalah first impression yang sangat menentukan. Buatlah kesan pertama yang tak terlupakan!